G-SPOT-Usia 0 sampai dengan 5 tahun dikenal sebagai "The Golden Years", karena pada masa-masa ini seorang anak membentuk karakter, sifat serta kecerdasan baik intelegensia maupun kecerdasan emosional, yang mendasari sifat-sifat, pola pikir dan sudut pandangnya di usia-usia selanjutnya. Pada masa ini, orang tua mempunyai peran penting dalam memperkenalkan konsep kecerdasan, terutama kecerdasan emosi pada anak usia dini.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan, kapasitas atau keterampilan seseorang untuk dapat menerima, mengukur dan mengatur emosi dirinya sendiri, orang lain atau bahkan kelompok sehingga memudahkannya berinteraksi sehari-hari.
Anak yang tidak diberi ruang untuk berkembang secara emosi dapat tumbuh menjadi pribadi yang sulit. Hal tersebut dapat terbawa terus hingga memasuki masa dewasanya. Pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan fisik yang harmonis menjadi cikal bakal pribadi anak yang sehat yang sangat dibutuhkan saat mereka tumbuh dewasa nanti.
Ada 4 aspek dalam kecerdasan emosi yaitu :
1. kesadaran diri,
2. kemampuan untuk mengelola diri,
3. kesadaran sosial dan
4. kemampuan untuk mengelola interaksi dengan lingkungan sosial.
Peran orang tua sangat penting untuk menjadi panutan atau role model dalam memperkenalkan konsep kecerdasan emosi anak. Beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk melatih anak cerdas secara emosi, bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya :
- Biasakan mengungkapkan perasaan saat berbicara pada anak. Misalnya: “mama suka kalau lihat adik bernyanyi berdua kakak”. Atau “kalau dede sakit, papa sedih sekali”.
- Bila orang tua melakukan kesalahan jangan ragu meminta maaf, beri contoh pada anak dan lakukan dengan sungguh-sungguh.
- Usahakan untuk berkomunikasi dengan anak, berikan kesempatan pada mereka untuk menceritakan aktifitasnya sesuai kemampuannya. Jadilah pendengar yang aktif. Anak akan terbiasa berbicara dan memperlihatkan emosinya, serta merasa mendapat perhatian yang tulus dari orang tua.
- Beri kesempatan anak memahami apa yang dirasakan orang lain. Misalnya saat melihat pengemis, ceritakan bahwa mereka orang tak mampu, yang hidup berkekurangan tidak seperti dirinya. Lakukan dengan bahasa yang dimengerti anak. Anak akan belajar berempati.
- Latih anak untuk bisa menerima keterbatasan dirinya dan tanamkan perasaan bangga terhadap kelebihannya. Hal ini dapat menanam perasaan percaya diri pada anak.
- Beri contoh cara mengungkapkan rasa syukur, misalnya pada saat anak mendapat pujian atas keberhasilannya atau saat menerima hadiah ulang tahun. Ajari untuk mengucapkan terima kasih pada pemberi hadiah atau pujian.
Tidak ada komentar:
Write komentar