G-SPOT-Istilah "skizofrenia" berasal dari bahasa Inggris yaitu
"schizophrenia" yang memiliki arti "pikiran terbagi atau terpecah" di
mana hal itu mengacu pada terganggunya keseimbangan pada emosi dan
pikiran
Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan
mental yang ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan
realitas. Distorsi persepsi dapat mempengaruhi semua lima indera,
termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan, tapi paling
sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid
atau aneh, atau pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau
pekerjaan yang signifikan.
Orang yang mengalami hal ini akan mengalami beberapa hal seperti
halusinasi, khayalan, dan gangguan pada pemikiran dan perilaku.
Mayoritas dari penderitanya mengalami rasa takut yang luar biasa.
Biasanya, penyakit ini mulai muncul pada usia dewasa muda. Skizofrenia
bisa dikatakan sebagai sebuah kondisi yang kronis. Sebab, penderitanya
tidak dapat dilepaskan dari namanya pengobatan. Mereka harus mendapatkan
perawatan seumur hidup mereka.
Skizofrenia dibedakan menjadi lima subtipe, yakni:
1. Paranoid
Orang
yang mengalami hal ini akan sering berkhayal dan mengalami halusinasi,
biasanya pada pendengaran. Penderitanya sering mendengar suara-suara
pada telinganya, padahal suara itu tidak didengarkan oleh orang lain.
Namun, fungsi intelektual dari penderitanya biasanya relatif normal.
Jika seseorang mengalami paranoid, biasanya penderitanya biasanya lebih
sering menunjukkan kemarahan, bersikap acuh tak acuh, dan cemas. Namun,
hal ini masih bisa disembuhkan.
2. Katatonik
Orang
yang mengalami subtipe dari skizofrenia ini seringkali melakukan
kegiatan dan gerakan yang tidak berarti. Mereka juga akan menarik diri
dari lingkungan sosial. Mereka lebih senang menyendiri dan tidak
melakukan interaksi dengan orang lain.
3. Tidak teratur
Jenis
skizofrenia ini ditandai dengan ucapan dan perilaku yang tidak teratur
atau sulit dipahami, misalnya tertawa tanpa alasan yang jelas. Mereka
juga sering meluapkan emosi yang tidak pantas. Selain itu, orang yang
mengalami hal ini akan terlihat sibuk dengan pemikiran atau persepsi
mereka sendiri. Sangat kecil kemungkinan untuk menyembuhkan jenis
skizofrenia ini.
4. Diferentiatif
Dibandingkan
dengan subtipe lainnya, jenis skizofrenia ini adalah jenis yang paling
banyak dialami oleh para penderitanya. Gejala yang ditimbulkan merupakan
kombinasi dari beberapa subtipe dari skizofrenia.
5. Residual
Orang
yang mengalami hal ini biasanya tidak akan menunjukkan gejala-gejala
positif dari penyakit skizofrenia, seperti berkhayal, halusinasi, tidak
teratur dalam berbicara dan berperilaku. Biasanya, jenis penyakit ini
akan terdiagnosa setelah salah satu dari empat subptipe skizofrenia
telah terjadi.
Meski sudah dijelaskan mengenai subtipe dari
penyaki skizofrenia, namun sangat sulit untuk menentukan jenis
skizofrenia mana yang dialami oleh si penderita. Sebab, mayoritas dari
penderita akan menunjukkan gejala-gejala yang hampir sama dengan
penderita lainnya.
Namun, bila penderita sudah menunjukkan
beberapa gejala yang dianggap sudah mewakili penyakit ini, maka
pengobatan harus dilakukan dengan cepat. Sebab, bila tidak, hal ini
dapat menimbulkan beberapa masalah lain. Seringkali, penderita ingin
berbuat sesuatu yang dapat menyakiti dirinya sendiri. Bila hal itu tidak
berhasil dilakukan, mereka mungkin akan mencoba untuk bunuh diri.
Gejala
Tanda
dan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia seringkali dikaitkan
dengan penyakit mental lainnya. Sebab, tanda dan gejala dari penyakit
ini memang hampir sama dengan tanda dan gejala dari penyakit mental
lainnya. Hal ini yang menyebabkan penyakit skizofrenia sulit untuk
didiagnosis.
Tanda dan gejala dari penyakit ini dibagi menjadi tiga kategori:
1. Gejala positif
Fungsi
otak dari penderita penyakit skizofrenia akan bekerja lebih aktif atau
bisa dikatakan berlebihan. Hal ini menyebabkan otak bekerja dengan tidak
normal. Akibatnya, penderita akan mengalami beberapa hal seperti
berikut ini:
Ini merupakan hal yang paling umum dialami oleh para penderita
skizofrenia. Mereka memiliki keyakinan yang berbeda dengan orang normal.
Mereka akan melihat realitas yang berbeda pula. Selain itu, penderita
juga sering salah menafsirkan persepsi.
Orang yang mengalami penyakit ini sering berhalusinasi. Mereka
seringkali melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.
Penderita skizofrenia akan kesulitan berbicara dan mengatur pikirannya sehingga hal ini mengganggu kemampuan berkomunikasi.
Orang yang mengalami skizofrenia sering berperilaku aneh, seperti anak kecil yang melakukan hal-hal konyol.
Selain
keempat hal di atas, para penderitanya juga sering curiga dan mereka
seolah-olah berada di bawah pengawasan yang ketat. Hal itu menyebabkan
mereka merasa tertekan.
2. Gejala negatif
Gejala
ini mengacu pada berkurangnya atau bahkan tidak adanya karakteristik
fungsi otak yang normal. Gejala ini mungkin muncul disertai atau tanpa
adanya gejala positif. Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain:
- Sulit mengekspresikan emosi
- Menarik diri dari lingkungan sosial
- Kehilangan motivasi
- Tidak minat melakukan kegiatan sehari-hari
- Mengabaikan kebersihan pribadi
Gejala-gejala tersebut seringkali dianggap sebagai kemalasan yang biasa dialami oleh tiap orang. Namun, hal itu ternyata keliru.
3. Gejala kognitif
Jenis gejala ini akan menimbulkan masalah pada proses berpikir. Tanda dan gejala yang mungkin timbul, antara lain:
- Masalah dalam membuat informasi yang masuk akal dan dapat dimengerti
- Sulit berkonsentrasi
- Masalah pada memori otak
Selain ketiga gejala di atas, penyakit skizofrenia juga akan menimbulkan
masalah pada suasana hati. Para penderitanya akan mengalami depresi,
cemas, dan seringkali mencoba untuk bunuh diri. Gejala-gejala dari
penyakit ini lambat laun dapat melumpuhkan para penderitanya. Sebab, hal
ini sangatlah mengganggu kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan
rutin sehari-hari.
Namun, apabila penderitanya masih berusia
remaja, gejala yang ditimbulkan sulit untuk dideteksi dan kemudian
dianggap sebagai penyakit skizofrenia. Sebab, pada usia tersebut mereka
pasti akan mengalami hal-hal ini yang ternyata merupakan gejala dari
penyakit skizofrenia:
- Menarik diri dari keluarga dan teman
- Penurunan kinerja di sekolah
- Sulit tidur
- Cepat emosi
Namun, bila dibandingkan dengan orang dewasa, anak muda kurang cenderung
mengalami khayalan dan lebih cenderung mengalami halusinasi visual.
Penyebab
Penyebab
pasti dari penyakit skizofrenia belum diketahui. Namun, beberapa
peneliti percaya bahwa penyakit ini dapat terjadi akibat unsur kimia
pada otak bermasalah, termasuk neurotransmiter dopamin dan glutamat. Hal
ini terlah dibuktikan dari sebuah studi neuroimaging yang menunjukkan
perbedaan dalam struktur otak dan sistem saraf pusat dari penderita
skizofrenia. Selain itu, para peneliti juga percaya bahwa faktor
genetika dan lingkungan turut berkontribusi dalam perkembangan penyakit
ini. Namun, ada beberapa faktor yang tampaknya dapat meningkatkan risiko
penyakit ini timbul dan berkembang, seperti:
- Kondisi hidup yang penuh stres
- Sering mengkonsumsi obat psikoaktif selama masa remaja dan dewasa muda
- Sering terkena paparan virus, racun, atau kekurangan gizi selama masa kehamilan, khususnya pada trimester pertama dan kedua
Pengobatan
Tidak ada cara pasti untuk mencegah
penyakit skizofrenia. Namun, pengobatan dini dapat membantu mencegah
kekambuhan dan memburuknya gejala yang timbul akibat dari penyakit ini.
Bila tidak diobati, penyakit ini dapat menimbulkan masalah pada emosi,
perilaku, dan kesehatan yang semakin lama akan semakin memburuk. Oleh
karena itu, segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter. Bila Anda telah
menduga bahwa Anda mengalami skizofrenia, bicaralah ke dokter Anda.
Sebab, dokter akan langsung meminta Anda untuk melakukan pemeriksaan.
Beberapa jenis tes dan ujian yang umumnya dilakukan oleh dokter, antara
lain:
Dokter akan melakukan tes darah, misalnya dengan melakukan penghitungan
sel darah secara lengkap (CBC). Hal ini dapat membantu Anda untuk
menyingkirkan kondisi lain yang menimbulkan gejala serupa. Selain itu,
dokter mungkin akan merekomendasikan kepada Anda untuk melakukan
skrining untuk alkohol dan obat-obatan.
- Tes pencitraan dengan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT) scan.
- Evaluasi psikologis
Dokter akan memeriksa status mental Anda dengan cara mengamati
penampilan dan sikap Anda. Dokter akan mengajukan pertanyaan seputar
pikiran, suasana hati, khayalan, halusinasi, penyalahgunaan zat, dan
potensi percobaan bunuh diri.
Bila dokter sudah menetapkan bahwa
Anda mengalami penyakit skizofrenia, dokter pasti akan langsung merujuk
Anda untuk melakukan pengobatan. Penyakit ini mruapakan suatu kondisi
kronis yang mengharuskan penderitanya untuk melakukan pengobatan seumur
hidup mereka walaupun gejala yang timbul juga telah mereda. Anda dapat
melakukan pengobatan dengan cara menggunakan obat-obatan atu dengan
terapi psikososial.
1. Obat-obatan
Pengobatan
dasar untuk mengatasi penyakit skizofrenia adalah dengan menggunakan
obat-obatan. Obat antipsikotik adalah obat yang paling sering digunakan
untuk mengobati penyakit ini. Jenis obat ini dapat mengontrol gejala
karena obat ini dapat mempengaruhi neurotransmitter otak dopamin dan
serotonin.
Pilihan pengobatan juga disesuaikan dengan keadaan
dari penderitanya. Bila si penderita merupakan pribadi yang tidak
disiplin dan pelupa, dokter mungkin akan memberikan obat dengan cara
disuntikkan, bukan dalam bentuk pil yang sering dilupakan.
Selain
itu, apabila si penderita adalah pribadi yang gelisah, dokter akan
melakukan pengobatan awal dengan memberikan obat penenang, seperti
benzodiazepin dan lorazepam (Ativan), di mana obat tersebut dapat
dikombinasikan dengan obat antipsikotik. Berikut jenis-jenis obat yang
dapat Anda gunakan untuk menangani penyakit ini:
- Obat konvesional atau tipikal dan obat antipsikotik
Jenis obat ini memiliki efek samping neurologis yang berpotensi untuk
mengembangkan gangguan pada gerakan (tardive dyskinesia). Beberapa macam
dari jenis obat ini, antara lain Chlorpromazine, Fluphenazine,
Haloperidol (Haldol), dan Perphenazine. Selain itu, Anda juga dapat
menggunakan obat antipsikotik yang dapat mengontrol tanda dan gejala
dari penyakit skizofrenia dengan dosis serendah mungkin.
- Obat antipsikotik atipikal
Ini merupakan jenis obat baru yang juga digunakan untuk mengatasi
penyakit skizofrenia. Obat ini juga lebih banyak disukai karena memiliki
risiko efek samping yang ditimbulkan lebih rendah daripada obat
konvensional. Efek samping dari jenis obat ini antara lain menambah
berat badan, menimbulkan penyakit diabetes, dan kolestrol darah menjadi
tinggi. Ada beberapa macam obat antipsikotik atipikal, misalnya
Aripiprazole (Abilify), Clozapine (Clozaril, Fazaclo ODT), Olanzapine
(Zyprexa), dan masih banyak lagi.
Dengan melakukan pengobatan
dengan obat-obatan seperti di atas, kondisi Anda dapat Anda kelola
dengan lebih mudah. Namun, karena banyak obat yang menimbulkan efek
samping yang serius, banyak orang enggan untuk melakukan pengobatan
dengan menggunakan obat-obatan.
2. Perawatan psikososial
Meskipun
obat-obatan adalah landasan dari pengobatan penyakit skizofrenia,
perawatan psikososial juga penting untuk dilakukan. Pada perawatan ini,
Anda akan melakukan beberapa hal, seperti berikut:
- Pelatihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi.
- Terapi keluarga yang dapat memberikan dukungan dan pendidikan bagi
keluarga yang berhubungan dengan penderita penyakit skizofrenia.
- Rehabilitasi vokasional atau kejuruan dan dukungan pekerjaan guna
membantu penderita skizofrenia untuk dapat mempertahankan pekerjaan
mereka walaupun dalam kondisi krisis.
- Terapi individu. Penderita akan diajari untuk mengelola stress dan
mengidentifikasi tanda dan gejala sedini mungkin supaya mereka dapat
menghindari kekambuhan.
Selain itu, bagi orang-orang yang memiliki risiko pada peningkatan
penyakit skizofrenia dianjurkan untuk melakukan langkah-langkah
proaktif, seperti menghindari penggunaan narkoba, mengurangi stres, dan
tidur dengan cukup.
Dengan begitu, mereka dapat terbantu untuk
meminimalkan gejala dan mencegah penyakit ini semakin memburuk. Dengan
perawatan yang tepat, kebanyakan orang dengan skizofrenia dapat
mengelola kondisi mereka.